PENGANTAR AKUNTANSI 2
Dosen : Dr. Syamsu Alam, SE., M.Si., Ak.
MODUL 3
AKUNTANSI UNTUK PIUTANG
FAKULTAS EKONOMI - JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
MODUL 3
AKUNTANSI
PIUTANG
Seperti jenis aktiva lainnya, piutang dagang dapat
merupakan kabar baik sekaligus kabar buruk bagi
perusahaan. Kabar baik karena piutang mencerminkan
klaim perusahaan terhadap uang pelanggan; kabar buruk terjadi apabila perusahaan gagal menagih uang tersebut.
Dalam kasus dunia perbankan di Indonesia seperti
yang dipaparkan di atas, kredit yang diberikan bank pada sektor properti merupakan piutang bank
tersebut. Yang menjadi masalah adalah
semakin banyaknya kredit yang diberikan bank pada bidang properti tersebut, padahal ada kekhawatiran bahwa bidang properti
sebenarnya merupakan ajang
spekulasi dari pihak investor. Apabila harga properti turun, maka investor akan mengalami kesulitan dalam membayar cicilannya, yang
mengakibatkan banyaknya kredit macet atau
dengan kata lain bank tidak dapat menagih piutang yang diberikan pada investor. Hal ini akan menyebabkan
tingkat keuntungan bank menurun dan bahkan bisa
menjadi bangkrut.
Selektivitas dalam memilih nasabah dengan demikian
benar-benar merupa- kan suatu hal yang penting bagi bank. Hal ini juga
berlaku bagi perusahaan dagang.
Perusahaan dagang biasanya memiliki suatu departemen kredit yang bertugas untuk menentukan langganan mana yang dapat
membeli barang perusahaan secara kredit, dan
langganan mana yang harus membayar secara tunai.
Piutang dagang muncul bila seseorang melakukan penjualan
barang atau jasa secara kredit kepada pihak kedua. Piutang dagang merupakan
klaim dari penjual kepada pembeli sebesar jumlah transaksi yang terjadi. Setiap
transaksi kredit pada dasarnya melibatkan dua pihak. Pihak pertama adalah pihak
kreditur yang menjual barang dan jasa. Penjual kedua adalah pihak debitur yang
melakukan pembelian, sehingga menimbulkan hutang bagi si pembeli tersebut.
A. MACAM-MACAM PIUTANG
Piutang merupakan klaim uang pada perusahaan maupun
individu. Klaim tersebut biasanya didapatkan dari penjualan barang dan jasa
ataupun dari pemin- jaman uang.Ada dua jenis piutang, yaitu piutang dagang
dan wesel tagih. Piutang dagang perusahaan adalah jumlah yang terhutang dari
pelanggan. Piutang ini termasuk dalam kategori aktiva lancar.
Piutang dagang harus dibedakan dari harta perusahaan
lain, karena piutang dagang timbul dari kegiatan penjualan yang memang menjadi
usaha pokok perusahaan. Tambahan lagi, piutang dagang harus dapat ditagih
sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan perusahaan (seperti net 30,
atau 2/10 n/30).
Wesel tagih merupakan piutang dagang dalam bentuk yang
lebih formal. Orang yang berpiutang akan membuat suatu perjanjian tertulis, bahwa
ia akan membayarkan sejumlah uang tertentu pada kreditur pada saat yang telah
ditetapkan. Biasanya jangka waktu dari wesel tagih ini tidak lebih lama dari 60
hari. Terkadang wesel tagih juga mengharuskan debitur untuk memberikan suatu
jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian hari,
debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya, maka kreditur berhak untuk
mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan tersebut.
Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu atau
kurang dari satu tahun dikategorikan sebagai aktiva lancar, sedangkan wesel
tagih yang waktu jatuh temponya lebih dari satu tahun dikategorikan sebagai
piutang jangka panjang. Beberapa wesel tagih biasanya dibayarkan secara
cicilan. Dalam hal ini, bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
akan dikategorikan sebagai harta lancar, sedangkan sisanya masih dikategorikan
sebagai piutang jangka panjang. Misalkan anda membali mobil Starlet dari PT
Indra secara kredit seharga Rp 40.000.000 yang akan dibayarkan dalam jangka
waktu 5 tahun. Jumlah yang akan jatuh tempo tahun depan sebesar Rp 8.000.000,
maka yang akan dikategorikan sebagai aktiva lancar dari PT Indra adalan Rp
8.000.000 tersebut.
Piutang lain-lain terdiri dari bermacam ragam, biasanya merupa- kan
pinjaman yang diberikan kepada pegawai ataupun cabang dari perusahaan. Biasanya
piutang ini bersifat jangka panjang, tetapi piutang tersebut dapat
dikategorikan sebagai aktiva lancar apabila piutang tersebut akan jatuh tempo dalam
waktu satu atau kurang dari satu tahun. Dalam neraca, pelaporan wesel tagih yang bersifat jangka panjang dan piutang Iain-lain
biasanya diletakkan di antara
bagian aktiva lancar dengan aktiva tetap seperti yang terlihat dalam Gambar 1.
Gambar 1.
Neraca
PERUSAHAAN CONTOH
NERACA
TANGGAL
|
|
AKTIVA
Lancar
Kas.................................................................. Rp X.XXX
Piutang
dagang....................................
X.XXX
Penyisihan
piutang tak tertagih... (XXX)
Wesel tagih,
jangka pendek................... X.XXX
Persediaan....................................................
X.XXX
Beban dibayar
dimuka............................ X.XXX
Total................................................................ X.XXX
Investasi dan
piutang jangka panjag:
Investasi jangka
panjang....................... X.XXX
Wesel tagih,
jangka panjang.................. X.XXX
Piutang lain-lain.........................................
X.XXX
Total.................................................................
X.XXX
Aktiva tetap:
Tanah, bangunan
dan pabrik…..……... X.XXX
Total
aktiva................................................... X.XXX
|
KEWAJIBAN
Lancar
Hutang dagang.............................................. X.XXX
Wesel bayar, jangka pendek................... X.XXX
Hutang lain-lain............................................ X.XXX
Total................................................................... X.XXX
Jangka panjang
Wesel tagih, jangka panjang.. X.XXX
Total kewajiban............................................ X.XXX
Ekuitas
pemilik
Modal................................................................. X.XXX
Total kewajiban dan ekuitas pemilik.. X.XXX
|
Setiap jenis piutang dagang merupakan akun yang terpisah
dalam buku besar dan bisa saja didukung oleh buku besar tambahan jika
diperlukan.
Bagian Kredit
Seseorang yang melakukan pembelian dengan kartu kredit
pada dasarnya melakukan pembelian secara
kredit. Pembelian tersebut akan menambah piutang dari toko dimana ia membeli. Perusahaan yang memiliki
penjualan kredit yang tinggi,
biasanya mempunyai bagian kredit tersendiri. Bagian ini bertugas untuk mengevaluasi langganan mana yang akan diperbolehkan
membeli secara kredit. Terkadang
perusahaan besar juga mengeluarkan kartu kredit sendiri. Tugas dari bagian kredit adalah untuk mengevaluasi langganan yang
potensial yang dapat memperoleh
kartu kredit perusahaan tersebut. Setelah memberikan persetujuannya,
tugas bagian kredit adalah untuk melakukan pengawasan pembayaran dari langganan tersebut. Langganan yang membayar tepat pada waktunya akan diberikan batas kredit yang lebih
tinggi, sedangkan langganan yang jarang
membayar tepat waktu akan dikurangi batas kreditnya. Tujuan pengawasan ini adalah untuk meminimisasikan kerugian yang
terjadi karena adanya piutang yang
tidak tertagih. Bagian kredit biasanya juga membantu bagian akuntansi untuk memperkirakan berapa kerugian yang harus
dibukukan karena adanya piutang yang
tidak tertagih tersebut.
B. PIUTANG TAK TERTAGIH
Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan
sekaligus kerugian. Orang yang
tidak dapat membayar sekarang akan melakukan pembelian secara kredit. Penerimaan dan keuntungan perusahaan akan meningkat,
tetapi kerugian yang dialami perusahaan meningkat pula karena meningkatnya
jumlah piutang yang tidak ditagih. Kerugian ini biasanya kita sebut beban
piutang tak tertagih. Besar dari beban
piutang tak tertagih bervariasi antar perusahaan.
Pengukuran Jumlah Piutang Tak Tertagih
Untuk perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit,
beban piutang tak tertagih merupakan beban yang
memang timbul karena kegiatan bisnis perusahaan. Sebagai beban usaha, tentunya beban piutang tak tertagih
harus diketahui jumlahnya. Untuk itu, akuntan
mengenal dua metode yang dapat dipakai, yaitu metode penyisihan dan metode penghapusan langsung.
Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan perusahaan seakurat mungkin, maka perusahaan yang banyak
melakukan penjualan secara kredit akan
mempergunakan metode penyisihan untuk mengukur jumlah piutang tak tertagih. Dalam pencatatan kerugian,
metode ini tidak menunggu sampai langganan benar-benar tidak mampu membayar,
melainkan memperkirakan jumlah
piutang yang kemungkinan tidak akan dapat dibayar oleh langganan.Manajer perusahaan tentunya mengetahui bahwa tidak semualangganannya akan membayar secara penuh.
Tanpa harus menebak-nebak mana langganan yang tidak akan
membayar, metode ini menggunakan pengalaman
masa lampau untuk memperkirakan berapa jumlah beban piutang tak tertagih untuk periode ini.
Perusahaan akan mendebit beban
piutang tak tertagih sejumlah yang diperkirakan, dan akan mengkredit akun penyisihan piutang tak tertagih, yang nantinya akan
disajikan sebagai pengurang dari akun
piutang dagang di dalam neraca.
Untuk dapat memadukan pendapatan dan beban dengan lebih
tepat, beban piutang tak tertagih
diperkirakan berdasarkan pengalaman pada periode-periode sebelumnya, dan dicatat sebagai ayat jurnal penyesuaian
pada periode dimana penjualan tersebut dilaksanakan.
Pencatatan ini akan (1) menurunkan laba bersih karena kita mendebit akun
Beban dan (2) menurunkan piutang dagang - netto, karena kita mengkredit
akun Penyisihan. (Penyisihan piutang tak tertagih merupakan akun yang akan mengurangi akun piutang dagang
untuk mendapatkan piutang dagang netto).
Misalkan jumlah penjualan perusahaan untuk tahun 2011
adalah Rp 240.000 dan berdasarkan
pengalaman masa lalu perusahaan memperkirakan beban piutang tak tertagih untuk periode tersebut adalah Rp
3.100, maka pencatatan yang
dilakukan selama tahun 2011 adalah sebagai berikut: (Ada dua piutang dagang
yang diperinci, yaitu piutang dagang dari Indra dan Dewi).
2011
Piutang dagang - Indra 1.300
Piutang dagang - Dewi 1.700
Piutang dagang - langganan lain 237.000
Penjualan 240.000
Untuk mencatat penjualan
2011
Beban piutang tak tertagih 3.100
Penyisihan piutang tak tertagih 3.100
Untuk mencatat beban tak tertagih berdasarkan pengalaman perusahaan di masa lalu.
Nilai Sisa
perusahaan per tanggal 31 Desember 2011, adalah sebagai berikut:
Piutang Dagang
|
240.000
|
Peny. Piutang
Tak Tertagih
|
Piutang dagang
bersih = Rp 236.000
|
3.100
|
Penjualan
|
240.000
|
Beban Piutang
Tak Tertagih
|
3.100
|
Jurnal yang mencatat beban piutang tak tertagih akan
menurunkan piutang dagang netto.Laporan keuangan
perusahaan tahun 2011 akan terlihat seperti di bawahini:
Laporan Laba Rugi 2011
Penjualan Rp 240.000
Beban
Piutang tak tertagih 3.100
Neraca 31 Desember2011
Aktiva lancar:
Piutang dagang Rp 240.000
Dikurangi: Penyisihan piutang tak tertagih Rp
3.100
Piutang dagang - Netto Rp 236.900
Penghapusan Piutang tak tertagih
Selama tahun 2012, perusahaan berhasil menagih hampir
semua piutang dagangnya. Walaupun demikian,
bagian kredit mengatakan bahwa Indra dan Dewi tidak dapat membayar hutang mereka. Perusahaan lalu
menghapuskan hutang mereka dan melakukan pencatatan sebagai berikut:
2012 Kas 235.000
Piutang dagang - pelbagai
langganan 235.000
Untuk mencatat penerimaan piutang
2012 Penyisihan piutang tak tertagih 3.000
Piutang Dagang - Indra 1.300
Piutang Dagang - Dewi 1.700
Untuk mencatat piutang yang tak
tertagih
Jurnal untuk penghapusan piutang tidak akan berpengaruh
pada keuntungan perusahaan,
karena tidak ada pendebitan akun Beban: Jurnal ini juga tidak akan mempengaruhi jumlah piutang
dagang netto karena kita melakukan jurnal dengan mendebit akun penyisihan dan
mengkredit akun piutang dagang. Sisa dari piutang dagang dan penyisihan piutang
tak tertagih per tanggal 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:
Piutang Dagang
|
235.000
1.300
1.700
|
240.000
|
2.000
|
Penyisihan Piutang Tak
Tertagih
|
3.100
|
3.000
|
100
|
Laporan keuangan tahun 2011 dan 2012 yang berhubungan
dengan piutang dagang terlihat di bawah ini.
Untuk memperjelas pemaduan antara beban dan pendapatan, diasumsikan bahwa perusahaan tidak melakukan
penjualan sepanjang tahun 2012.
Laporan Laba Rugi: 2011 2012
Penjualan Rp 240.000 0
Beban:
Beban piutang tak tertagih 3.100 0
Prinsip pemaduan mensyaratkan bahwa beban piutang tak
tertagih harusdihubungkan dengan penjualannya,
karena itu pada tahun 2012 tidak ada beban, karena pada tahun tersebut tidak ada pendapatan. Neraca
perbandingan perusahaan untuk tahun 2011 dan 2012
adalah sebagai berikut:
Neraca 31 Desember
2011 2012
Aktiva Lancar:
Piutang Dagang Rp 240.000 Rp 2.000
Dikurangi: Penyisihan Piutang tak
tertagih 3.100 100
Piutang Dagang - Neto Rp 236.900 Rp 1.900
Penghapusan
piutang tak tertagih tidak akan selalu sama dengan penyisihan
piutang tak tertagih
Penghapusan piutang tak tertagih merupakan jumlah aktual
piutang yang tidak dapat ditagih dari konsumen,
sedangkan penyisihan dibuat berdasarkan perkiraan. Penghapusan akan sama dengan penyisihan hanya bila kita
dengan tepat memperkirakan berapa jumlah
piutang yang bakal tak tertagih pada periode tersebut, suatu kejadian yang jarang terjadi. Biasanya
kita akan menemukan selisih antara
jumlah yang dihapuskan dengan jumlah yang disisihkan. Jika jumlah yang disisihkan terlalu besar dalam suatu periode, maka akun
penyisihan piutang tak tertagih
untuk periode berikutnya dapat dikurangi. Sebaliknya apabila penyisihan dirasakan kurang, maka pada akhir periode kita dapat
mendebit akun Beban Piutang Tak Tertagih dan
mengkredit Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk membuat jumlah akun penyisihan yang ada dalam neraca
lebih realistis.
Pembayaran piutang yang sudah dianggap tidak tertagih
Walaupun piutang dagang tersebut sudah dihapuskan,
debitur tetap berkewajib- an untuk
membayar hutangnya. Walaupun demikian, kegiatan penagihan yang dilakukan oleh perusahaan sudah dikendurkan, dan bahkan
perusahaan memberikan permasalahan piutang
tersebut pada pengacara dengan harapan bahwa setidaknya sebagian dari piutang tersebut dapat
ditagih nantinya. Misalkan piutang tuan
Indra yang sudah dihapuskan ternyata dibayar, maka pertama kali yang harus dilakukan perusahaan adalah melakukan jurnal
balik. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan nilai
sisa debit bagi piutang langganan yang sudah dihapuskan tersebut.
Misalkan piutang tuan Indra sebesar Rp 1.300 dihapuskan
pada bulan Pebruari 2012 dan tuan Indra
membayar hutangnya pada bulan Agustus 2012, maka jurnal yang dilakukan untuk
kejadian ini adalah:
Pebruari 2012
Untuk mencatat penghapusan piutang tuan Indra
Penyisihan Piutang Tak tertagih 1.300
Piutang Dagang - Indra 1.300
Agustus 2012
Untuk mengembalikan piutang tuan Indra
Piutang Dagang - Indra 1.300
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 1.300
Untuk mencatat pembayaran piutang tuan Indra
Kas 1.300
Piutang Dagang - Indra 1.300
Memperkirakan jumlah piutang tak tertagih
Semakin akurat perkiraan kita, semakin dapat dipercaya
pula data-data keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan yang kita buat. Bagaimana cara untuk memperkirakan besarnya piutang tak tertagih? Cara yang
paling logis adalah dengan melihat pengalaman masa
lalu dari perusahaan. Metode persentase penjualan dan metode umur piutang (aging), keduanya
didasar- kan pada pengalaman
masa lalu perusahaan.
Metode yang paling sering digunakan adalah memperkirakan beban jumlah piutang tak
tertagih sebagai persentase tertentu atas jumlah
penjualan kredit perusahaan. Beban penyisihan piutang tak tertagih akan dibukukan pada akhir periode
sebagai ayat jurnal penyesuaian.
Berdasarkan
pengalaman selama empat tahun, suatu perusahaan memperkirakan
jumlah piutang tak tertagih rata-rata adalah 2,5 persen dari penjualan kredit. Misalkan
penjualan kredit untuk tahun 2013 besarnya Rp 500.000 maka ayat jurnal penyesuaian yang akan dibuat perusahaan pada periode
tersebut adalah:
Ayat Jurnal
Penyesuaian
31 Des Beban
piutang tak
tertagih (Rp 500.000 X 0,025) 12.500
Penyisihan piutang tak tertagih 12.500
Dalam
metode ini kita tidak mengindahkan jumlah awal yang ada dalam penyisihan piutang tak tertagih.
Perusahaan dapat mengubah persentasi penyisihan dari
tahun ke tahun berdasarkan pengalamannya di masa lampau. Misalkan penagihan
tahun 2014lebih besar, dan penghapusan lebih
sedikit dari yang diharapkan, maka nilai sisakredit dari penyisihan piutang tak tertagih akan terlalu
besar dibandingkan dengan nilai sisa
debit piutang dagang. Dalam hal ini perusahaan akan menurun- kan tingkat persentase
penyisihannya, sehingga penyisihan yang dimiliki perusahaan tidak akan naik terlampau besar.
Perusahaan yang baru berdiri dapat mencari data penyisihan
piutang tak tertagih dari buku atau publikasi yang diterbitkan industri yang
bersangkutan, pemerintah, ataupun dari data
yang lain.
Cara lain yang sering dipergunakan dalam memperkirakan piutang tak tertagih adalah dengan
menggunakan skedul umur piutang.
Dalam metode ini, piutang dagang
dianalisa secara individu berdasarkan lamanya
waktu piutang tersebut berada dalam perkiraan perusahaan. Apabila hal ini dilakukan secara manual, maka akan memakan waktu yang
lama. Dengan pertolongan komputer, hal ini
jadi lebih mudah dilakukan. Paket akuntansi yang terkomputerisasi akan menyusun laporan skedul umur
piutang. Komputer akan mengakses
data langganan dan menyortir akun berdasarkan nomor pelanggan dan tanggal faktur.
Perusahaan Kontraktor Asal Bangun menyusun piutang
dagangnya seperti tertera di bawah ini:
Tabel 1. Skedul Umur Piutang
Nama
Nasabah
|
Umur Perkiraan
|
||||
1-30
Hari
|
31-60
Hari
|
61-90
Hari
|
Lebih
dari 90 Hari
|
Total Nilai
Sisa
|
|
PT Tebarko
|
Rp 20.000
|
|
|
|
Rp 20.000
|
PT Kitjago Paret
|
Rp 10.000
|
|
|
|
10.000
|
PT Pipa Sarasota
|
|
Rp 13.000
|
Rp10.000
|
|
23.000
|
PT Enakiya
|
|
|
3.000
|
Rp1.000
|
4.000
|
Akun-akun Lain*
|
Rp 39.000
|
12.000
|
2.000
|
2.000
|
55.000
|
Total
|
Rp 69.000
|
Rp 25.000
|
Rp15.000
|
Rp
3.000
|
Rp112.000
|
Perkiraan Persentase Piutang yang
Tak Tertagih
|
0.1%
|
1%
|
5%
|
90%
|
|
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
|
Rp 69
|
Rp 250
|
Rp 750
|
Rp
2.700
|
Rp 3.769
|
* Akun Iain-lain pada kenyataannya juga diperinci satu
persatu
|
Angka persentase perkiraan piutang tak tertagih didasarkan
pada pengalaman masa lalu perusahaan. Jumlah
piutang dagang di setiap kelompok akan dikalikan dengan persentase perkiraan piutang tak tertagih dalam
kelompok tersebut. Misalkan kelompok 1-30 hari
memiliki nilai sisa sebesar Rp 69.000 yang dikalikan 0,1% untuk mendapatkan penyisihan sebesar Rp 69, nilai
sisa penyisihan piutang tak tertagih perusahaan merupakan
gabungan dari berbagai kelompok umur piutang (Rp
69 + Rp 250 + Rp 750 + Rp 2.700).
Misalkan nilai sisa awal dari penyisihan piutang tak
tertagih besarnya Rp 2.100 (saldo
kredit).
Penyisihan Piutang Tak
Tertagih
|
Sisa
sebelum penyesuaian 2.100
|
Dalam metode umur piutang ini, ayat jurnal penyesuaian
dibuat sede- mikian rupa sehingga
nilai sisa penyisihan tersebut meningkat dari Rp 2.100 menjadi Rp 3.769. Jurnal yang dilakukan oleh PT Asal Bangun untuk mengubah
penyisihan tersebut adalah:
Ayat Jurnal
Penyesuaian
31 Des Beban
Piutang Tak Tertagih 1.669
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
(Rp 3.769-Rp 2.100) 1.669
Bila anda perhatikan maka anda lihat bahwa nilai sisa
awal penyisihan piutang tak tertagih
akan mempengaruhi besarnya penambahan penyisihan tersebut.
Penyisihan Piutang Tak
Tertagih
|
Sisa
sebelum penyesuaian 2.100
Jumlah
penyesuaian 1.669
|
Sisa setelah
penyesuaian 3.769
|
Ada kemungkinan bahwa Penyisihan Piutang Tak Tertagih
sebelum disesuaikan, memiliki
nilai sisa debit. Hal ini terjadi bila jumlah piutang yang dihapuskan lebih besar dari jumlah penyisihan yang dibuat perusahaan.
Misalkan sebelum penyesuaian, nilai sisa
penyisihan adalah Rp 1.500 (nilai sisa debit).
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
|
Sisa
sebelum penyesuaian 2.100
|
Ayat
Jurnal Penyesuaian yang dibuat:
31 Des Beban Piutang Tak
Tertagih
(Rp 3.769 + Rp 1.500) 5.269
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 5.269
Setelah jurnal ini dibukukan, maka akun Penyisihan
Piutang Tak Tertagih akan menjadi:
Penyisihan Piutang Tak
Tertagih
|
Jumlah
penyesuaian 5.269
|
Setelah
penyesuaian 3.769
|
Sisa
sebelum penyesuaian 1.500
|
Dalam neraca, jumlah cadangan Rp 3.769 akan dikurangkan
dari Piutang Dagang untuk mendapatkan jumlah
Piutang Dagang Netto yang mencerminkan jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih oleh
perusahaan.
Selain menambah keakuratan laporan keuangan, metode ini
juga menun- jukkan pada manajemen, piutang yang mana yang sudah jatuh
tempo dan sudah saatnya untuk ditagih.
Perbandingan
metode persentase penjualan dengan metode umur piutang
Dalam praktik, banyak perusahaan yang mempergunakan
kedua metode ini secara bersamaan
seperti tampak pada Gambar 2. Untuk laporan keuangan interim, perusahaan
mempergunakan metode persentase penjualan, karena memang metode ini lebih mudah untuk diterapkan. Pada
akhir tahun perusahaan dapat menggunakan
metode umur piutang untuk meyakinkan bahwa piutang sudah dilaporkan pada nilai yang selayaknya (yang
diharapkan dapat ditagih). Kedua metode
ini baik untuk digunakan secara bersama, karena metode persentase penjualan difokuskan untuk mengukur piutang tak
tertagih dalam laporan laba rugi,
sedangkan metode umur piutang mengukur piutang dagang - netto dalam neraca.
Gambar 2. Dua Metode Penyisihan
Piutang Tak Tertagih
Metode
Penyisihan
|
Metode
perkiraan umur piutang
|
Beban penyisihan
Piutang tak tertagih
|
Menyesuaikan
perkiraan penyisihan piutang tak tertagih
|
Metode
persentase penjualan
|
Menyesuaikan
penyisihan piutang tak tertagih
|
Dengan
|
Pada
|
Piutang Dagang
yang tak tertagih
|
Jumlah
Hari
|
Jumlah
Hari
|
C.
METODE
PENGHAPUSAN LANGSUNG
Dalam metode penghapusan langsung, piutang dagang
yang tak tertagih baru diakui sebagai beban apabila bagian kredit menyatakan
bahwa piutang tersebut tidak dapat
ditagih. Bila hal tersebut terjadi, maka bagian akuntansi akan mendebit beban piutang tak tertagih dan akan mengkredit piutang dagang
dari langganan yang dianggap tidak dapat
membayar hutangnya.
Misalkan sekarang tahun 2012, dan hampir semua langganan
yang membeli secara kredit tahun 2011 telah
membayar tagihannya, kecuali dua orang yaitu tuan Dono dan Doni. Bagian kredit berkesimpulan bahwa
kedua orang ini tidak dapat
membayar dan meminta bagian akuntansi menghapuskan piutang dari kedua orang ini, dengan menggunakan ayat berikut:
Beban Piutang Tak Tertagih 2.000
Piutang dagang - Tuan Dono 800
Piutang dagang - Tuan Doni 1.200
Untuk menghapus piutang tak tertagih dan mencatat beban
piutang tak tertagihsebesar Rp 2.000.
Bagaimana metode penghapusan langsung mempengaruhi laporan
keuang- an? Laporan keuangan berikut ini
untuk tahun 2011 dan 2012 didasarkan dengan
asumsi penjualan kredit pada tahun 2011 sebesar Rp 100.000 dan 2012sebesar 0.
Laporan
Laba Rugi 2011 2012
Penjualan:
Penjualan Rp 100.000 0
Beban:
Beban Piutang
Tak Tertagih 0 2.000
Neraca 31 Desember
2011 2012
Piutang Dagang Rp 100.000 1.000
Metode penghapusan langsung memang
mudah untuk dipakai, tetapi pemakaiannya akan menyebabkan kesalahan yang besar, apabila jumlah piutang
yang tak tertagih juga besar. Karena itu
sebaiknya perusahaan menggunakan metode
cadangan dalam penilaian piutang tak tertagihnya. Dalam Standar Akuntansi Keuangan, perusahaan diharuskan
menggunakan metode penyisihan dalam
membuat laporan keuangannya.
D. SISA KREDIT DALAM PIUTANG DAGANG
Terkadang ada langganan yang membayar
melebihi jumlah yang semestinya dan ada juga langganan yang mengembalikan barang yang telah
dibeli dan dibayarolehnya.
Kejadian-kejadian tersebut akan mengakibatkan timbulnya sisa kredit dalam piutang dagang langganan tersebut. Misalkan buku
besar tambahan dari perusahaan tersebut
terdiri dari 213 langganan dengan perincian sebagai berikut:
210 Perkiraan mempunyai sisa debit dengan jumlah Rp185.000
3 Perkiraan
mempunyai sisa kredit dengan jumlah Rp 2.800
Sisa Piutang dagang netto Rp 182.200
Perusahaan tidak boleh melaporkan
piutang dagang dalam jumlah netto (Rp 182.200). Mengapa? Sisa kredit sejumlah Rp 2.800 merupakan
kewajiban per- usahaan seperti kewajiban perusahaan
lainnya. Sisa kredit piutang merupakan hutang perusahaan kepada langganan.
Karena itu perusahaan seharusnya memisahkan pelaporan keduanya seperti di bawah ini, bila tidak pelaporan
tersebut akan menyesat- kan pemakai laporan keuangan. Karena
itu, perusahaan akan melaporkan dalam neracanya:
Aktiva
Aktiva Lancar Piutang Dagang Rp 185.000
Kewajiban
Kewajiban Lancar Sisa kredit
dalam piutang dagang Rp 2.800
E.
PENJUALAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU KREDIT
Semakin lama semakin banyak konsumen yang
melakukan pembelian denganmelakukan kredit. Kartu kredit yang terkenal di Indonesia adalah Visa,
Mastercard, American Express, BCA card, dan lain-lain. Untuk membayar barang
yang mereka beli,
konsumen menggunakan kartu kredit. Penjual kemudian akan menyiapkan bukti penjualan rangkap tiga, satu
untuk pembeli, satu untuk penjual, dan satu untuk perusahaan yang mengeluarkan
kartu kredit tersebut. Kartu kredit memberikan konsumen kenyamanan dalam melakukan pembelian
tanpa harus membayar
langsung secara tunai. Setiap akhir bulan, konsumen akan mendapat tagihan dari
perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit.
Bagi para penjual, kartu kredit
memberikan keuntungan dimana penjual ter- sebut dapat
melakukan penjualan secara kredit tanpa harus menyelidiki kemampu- an membayar dari pembeli yang
menggunakan kartu kredit, karena hal tersebut sudah dilakukan oleh perusahaan kartu kredit yang
bersangkutan. Penjual tidak usah membuat akun piutang untuk setiap langganannya, dan mereka
tidak usah menagih
langsung piutang dari langganannya. Tambahan lagi, penjual akan memperoleh kas yang lebih cepat dari
perusahaan kartu kredit dibandingkan bila perusahaan harus menagih dari
langganan itu sendiri.
Keuntungan tersebut tentunya tidak
datang secara cuma-cuma bagi penjual. Biasanya penjual akan menerima pembayaran kurang dari nilai
yang tercantum dalam bukti penjualan. Misalkan perusahaan kartu kredit
mengambil komisi 5 persen untuk
pelayanan yanq dilakukannya, maka perusahaan hanya akanmenerima Rp 95 dari penjualan sejumlah Rp 100 yang
dibayar dengan kartu kredit Visa.
Jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Piutang dagang - Visa 95
Beban pemotongan kartu kredit 5
Pendapatan penjualan 100
Pada saat penerimaan uang dari perusahaan kartu kredit,
jurnal yang dilakukan penjual:
Kas 95
Piutang dagang – Visa 95
ILUSTRASI
SOAL
PT Enak Lezat adalah sebuah perusahaan yang memproduksi
berbagai jenis makanan. Neraca perusahaan
tersebut per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Piutang Dagang Rp 549,9
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (12,5)
Diminta
1.
Berapakah
jumlah piutang per tanggal 31 Desember 2011 yang diharapkandapat ditagih oleh PT Enak Lezat?
2.
Buatlah
jurnal yang dilakukan oleh PT Enak Lezat selama tahun 2012, denganasumsi:
a.
Diperkirakan
jumlah piutang tak tertagih berdasarkan metode persentasipenjualan adalah Rp 19,2 juta.
b.
Jumlah
piutang yang dihapuskan Rp 23,6 juta.
c.
Berdasarkan
skedul umur piutang per tanggal 31 Desember 2012, piutangsejumlah Rp 15,3 juta dari total piutang dagang sebesar Rp
582,7 jutatidak dapat ditagih.
3.
Tunjukkan
cara penyajian piutang dagang dan penyisihan piutang tak tertagihpada neraca PT Enak Lezat per tanggal 31 Desember 2012.
4.
Berdasarkan
neraca per tanggal 31 Desember 2012, berapakah besarnyapiutang yang diharapkan dapat ditagih oleh PT Enak Lezat?
Berapakahbesarnya beban piutang tak
tertagih untuk tahun 2012.
Jawaban Ilustrasi Soal
Jawaban 1
Jumlah piutang yang diharapkandapat ditagih(dalam jutaan rupiah)(Rp 549,9 - Rp 12,5)
Jawaban 2
1.
Beban piutang
tak tertagih 19,2
Penyisihan piutang tak
tertagih 19,2
2.
Penyisihan piutang tak tertagih 23,6
Piutang dagang 23,6
Penyisihan Piutang Tak
Tertagih
|
31 Desember 2011 12.5
Beban 19,2
|
Sisa tahun 2012 sebelum
tanggal 31 Des. 2012 8,1
|
2012 Penghapusan 23.6
|
3. Beban
piutang tak tertagih (Rp 15,3 - Rp 8,1) 7,2
Penyisihan
piutang tak tertagih 7,2
Jawaban3
(dalam
jutaan rupiah)
Piutang dagang
Rp 582,7
Penyisihan
Piutang Tak Tertagih (15,3)
Jawaban 4
(dalam
jutaan rupiah)
Jumlah piutang per tanggal 31
Desember 2012
yang diharapkan dapat
ditagih(Rp 582,7 - Rp 15,3) Rp 567,4
Beban piutang tak tertagih untuk
tahun 2012
(Rp 19,2 + Rp 7,2) 26,4
Hierdie opmerking is deur die outeur verwyder.
AntwoordVee uit